Gregorovitch's Wand Shop (1991)


Mau muntah..

Tahan tahan tahan.

Sedari tadi perutnya terus berkontraksi tidak karuan. Portkey sialan—ups, Veronica lupa kata-kata Mama setiap kali Veronica keceplosan mengumpat. Mama bilang kalau keterusan mengumpat nanti ada monster yang akan menghinggapi mulutnya dan membuatnya tidak bisa berbicara kembali. Ah, tidak mau! Kalau begitu seharusnya Veronica bisa segera muntah. Tapi ya kan ini jalanan umum, malu tahu kalau dilihat banyak orang kalau Veronica muntah. Kejamnya, Papa dan Axel keburu meninggalkan dirinya di sudut jalanan Laliv ini. Sebenarnya sih bukan begitu, Veronica yang menyuruh mereka berdua pergi belanja terlebih dahulu sementara Veronica mencari tempat untuk memuntahkan isi perutnya tadi. Mau muntah..

Coba kalau ada Mama disini.

Baik, tidak jadi. Veronica meyakinkan dirinya sendiri barusan, sembari berjalan menuju toko-toko yang dapat menarik perhatiannya di jalan itu, bahwa rasa mual itu akan berhenti dengan ‘mencuci mata’ seperti ini. Mungkinkah? Itu kan hanya jalan pikiran Veronica, tahu. Gadis kecil berbalut sweater hitam dan celana panjang merah marun itu kembali berkeliling. Sementara tangan kanannya masih saja memegang botol minuman. Anywhere anytime, Veronica harus selalu bersama botol minumannya. Kebiasaan sejak kecil. Dan langkah kakinya mulai mengarah ke toko tongkat. Oho, sihir tanpa tongkat sama saja bohong, ya kan?

Langsung ke konternya. Veronica sih sebetulnya bukan tipe anak yang ingin buru-buru dibelikan sesuatu loh, sebenarnya, tapi ya sifat manjanya itu yang mempengaruhi. Kadang-kadang itu juga. Tidak percaya? Tanya Mama atau Papa, tapi jangan tanya Axel. Tidak akan dijawab pasti.. (tampang minta dihajar) Oke, bercanda. Kalau Veronica dengar barusan, sepertinya banyak juga ya yang lahirnya tanggal Satu Januari. Hahah, bisa sama persis begitu. Veronica juga kok, kawan, Axel juga—kata Papa dan Mama. Lucu kali kalau mereka kembar namun tanggal lahir mereka berbeda. Tinggal mempertanyakan siapa yang lahir paling dulu dan siapa yang paling belakang. Wakakakak. Oke, Veronica memang tidak bisa konyol dibuat-buat memang. Ia tahu kok.

“Satu tongkat, please, tanggal lahirku 1 Januari.”

Nyeplos sendiri bahasa Rusia-nya. Aneh ya?


OoC: Gak nyadar disitu ada Axel. Wikikikikik >D

Labels: , ,


Crozak Witch Tailor (1991)


Mungkin hari ini seharusnya Veronica tidak dibilang bolang alias bocah hilang lagi. Karena.. YAY, ada Papa yang menemaninya berbelanja. Habisnya kalau sama Axel melulu, hampir sering dicueki sih. Sekarang pun Axel malah disuruh sama Papa untuk membeli buku. Coba kalau Veronica yang disuruh untuk membeli buku untuk mereka berdua sendirian kesana—dan lagipula sebenarnya itu ide iseng Veronica agar Axel tidak terlihat malas-malasan melulu. HYAKAKA—maaf ya, oppa. Habis habis habis, kadang kan jengkel juga kalau Veronica melihat kakaknya terus-terusan bermalas-malasan di sampingnya. Oke lah, sepertinya sih itu sudah bawaan Axel sejak kecil, Veronica memang tidak terlalu ingat soal masa kecilnya dulu. Oh, dan juga sekalian kalau Axel mau beli buku yang lain kan? Veronica suka mengintip kedalam kamarnya Axel sebelum dia tidur di kamarnya dan menemukan Axel pasti sedang membaca buku, milik Papa pula.

Rahasia loh ya. Psst.

Dan kini sosok mereka berdua sudah berada didepan pintu masuk satu toko. Toko baju sihir. Seolah yang melayang didalam pikiran Veronica saat ini adalah baju yang bisa melayang atau sepatu yang bisa membuat pemakainya berjalan cepat karena sihir. Wakakaka—itu semua memang isi pikiran si kecil Veronica ini. Papa saja tertawa waktu Veronica tanya, “Appa, kalau topi yang bisa menari sendiri ada tidak?” sewaktu tangan kecilnya mendorong pintu toko tersebut. Gadis kecil yang kini masih berbalut jaket hitam itu—sumpah, dingin sekali disini, kalau Veronica buka jaketnya dia bisa langsung meriang ditempat—juga mulai melepas tawa renyahnya. Hmm.. Coba kalau Veronica tanyakan ini pada Axel.. ah, Veronica sudah tahu jawabannya. Lebih baik tidak usah tanya kepada orangnya sajalah. (muka memelas sambil menegak isi botol minumannya)

Dan seharusnya kakaknya itu sudah kembali kesini. Masa Axel tidak mau dibelikan baju sekolahnya segala sih?

Omona, Veronica cuma bisa geleng-geleng kepala. Memang ternyata yang mau memesan paket baju sekolah Durmstrang banyak juga—oh, dan juga Veronica merasa aneh lagi kalau nanti memesan harus memakai bahasa Rusia juga. Belum terlalu lancar, masalahnya. Paling dicampur sama bahasa Inggris, kalau bahasa Korea-nya tidak keceplosan seperti beberapa waktu lalu. Melirik kearah Papa—seolah Veronica sedang berkata, “Appa, kenapa aku merasa takut ya?” dengan tatapan setengah memelas cuma karena melihat mesin pengukur (betul tidak sih?) di sudut toko. Wakakaka, Veronica memang sedikit berbakat untuk urusan ini. O—oke, giliran Veronica, dan si mesin langsung menaiki mesin itu, timbangan maksudnya. Langsung ada secarik kertas. Ada namanya ada namanya—dan tulisannya benar. Veronica Nathanova Lee. Kenapa tidak sekalian nama Korea-nya saja ya? Memusingkan.

(langsung menuju konter)

”P—permisi, satu paket jubah untuk murid Durmstrang, y—ya?”

Oke, gagap, tak masalah. Sebentar lagi juga pasti lancar. Hoh.

Axel mana? Kesini dong, secepatnya. (tampang desperate)

Labels: , ,


Coffee


Banjur. Jangan. Banjur. Jangan.

Daripada dimarahi sama Papa? Ya sudahlah mendingan jangan. Lagipula mana ada seorang adik—terlebih lagi kembarannya—yang tega melakukan itu pada kakaknya sendiri, ya kan? Tidak ada kan ya? Begitupun dengan Veronica. Harusnya kan menjadi seorang adik yang baik bagi kakaknya. Wakakaka.

Manik cokelat pekatnya mulai sedikit membelalak. Axel sepertinya hampir mau terbangun, tapi seperti tidak mau karena dari tadi kerjaannya menggeleng-gelengkan kepalanya. Hmm.. Mungkin Axel sedang mimpi indah terus karena pipinya ditepuk-tepuk terus oleh Veronica sehingga mengganggu kali ya. Beruntung loh hari ini Veronica tidak mencubit pipinya seperti yang biasa ia lakukan di rumah. Terbayang kalau dia mencubit pipinya dengan gemas. Bisa-bisa Axel ngamuk parah kemudian mogok bicara dengannya selama beberapa lama—tidak akan tahan sampai beberapa hari kok, sumpah. Memang pernah sih waktu dulu Veronica ngambek sampai berapa lama hingga tidak menganggu Axel lagi. Tapi yaa..

Sekarang sudah lain ceritanya. Tiada hari tanpa mengisengi Axel yang sedang tertidur di siang hari. Wuakakaka.

Eh, tetapi kalau misalkan Axel juga melakukan hal yang sama pada malam hari padanya bagaimana hayo? Tidak tahu ah.

(hampir menyenggol botol minumannya—hampir terjatuh, tepatnya)

MULAI BANGUN. Axel mulai bangun. Veronica ikutan terkaget melihat kakaknya mulai membuka kelopak matanya. Hah, benar kan Veronica pasti mengganggu mimpi indahnya Axel. Tapi ya mau bagaimana lagi? Ini kan jalanan—aneh kan kalau Axel tidur di tempat seperti ini? “Kenapa?” dan permukaan tangan yang tertutupi oleh sarung tangan putih itu mulai menyentuh puncak kepalanya. Ah, Axel selalu saja seperti ini kalau dibangunkan seperti ini. Masih mending sih, daripada disinisin olehnya. “Dicariin dari tadi, tahu!” dan Veronica langsung memasang tampang ngambek-setengah-mampus dan tiba-tiba mulai merubah lagi mimik mukanya karena..

Kucing.

KUCING! GYAAAAAH—HUP! (menangkap kucingnya, memandang pemiliknya)

“Kucingnya lucu~ Punyamu?”

Dan sejak kapan Veronica lancar berbahasa Rusia?

Labels: ,


Come Get Your Pet! :3


Daritadi langkahnya cuma mengikuti orang yang ada didepannya—yang daritadi Veronica yakini sebagai kakak kembarnya namun ternyata bukan. Habisnya daritadi orang yang ada didepannya diam saja sih, dan lagipula Veronica kadang harus mengikuti kakaknya pergi kemanapun. Iya, tahu, ada Papa tapi ya masa adiknya sendiri tidak boleh ikut kakaknya? Tadi saja Papa sempat bilang kalau Veronica ikut saja dari belakang. Humm.. Memangnya ada apa sih sampai sebegitu rahasianya? Obrolan laki-laki ya? Oh, ya sudah deh, Veronica ikut mereka dari belakang.

Tapi ternyata..

HAYOLOH.

Pasrah deh pasrah, Veronica kembali melangkahkan kakinya meskipun Veronica sendiri tidak tahu tempat yang akan dikunjunginya sekarang. Belanja—Veronica masalahnya bukan anak dengan tipe suka belanja seperti Mama. Hmm.. Kalau begini sih berarti Veronica tidak punya persiapan apa-apa dong di sekolah barunya, ya kan? Sejujurnya alasan Veronica akhirnya mau ikut sekolah itu bukan karena ingin belajar sepertinya, tapi karena ada Axel. Veronica tidak mau pisah dari Axel. Iya iya, complex. Memangnya kenapa gitu? Tidak boleh ya?

Toko Hewan. Dari dulu Veronica selalu ingin punya peliharaan tapi tidak pernah boleh sepertinya. Mama pernah dicakar kucing jadinya trauma katanya. (menyeruput isi botol minuman) Tapi kan itu mama; bukan Veronica, Axel, ataupun Papa. (tampang masam)

Masuk? Jangan?

Nyengir lebar, Veronica langsung memasuki toko tersebut dan—UWAH. Banyak yang mau beli juga ternyata ya? Ya iyalah, kan siapa tahu mereka-mereka yang membeli disini juga murid Durmstrang yang merasa kesepian karena hampir tidak punya teman, begitukah? Veronica punya kok teman, cuma menyebalkan semua. Masa Veronica salah bicara sedikit saja langsung diejek? Ah, Veronica jadi mau balik ke Korea, entah kenapa. Wakakaka. Sudah ah meracaunya, toh anak perempuan itu juga sudah menapakan langkah pertamanya didalam toko tersebut. Wahaha. Tenang, Veronica punya uangnya, jadi jangan ribut ah.

FUWAAAAA—HAMSTER. Beli deh.

”Ano..” ingatkah kalian kalau Veronica tidak pernah lancar berbahasa Rusia? Jadi dia hanya bisa memakai bahasa Inggris—meskipun, yeah, aksen Korea-nya masih ada. Geez. ”Itu—Roborovski dengan kandangnya juga mau kubeli ya!”

Hamster itu lucu kawan, seperti Veronica tadi, terutama cara berbicaranya. HYAKAKAK.

Labels: , ,


Coffee


Axel mana? Kok tahu-tahu sudah tidak bersamanya lagi ya?

Entah sekitar sembilan menit empat puluh satu detik yang lalu—oke, bukan perhitungan sebetulnya karena Veronica sendiri tidak melirik jam tangannya sama sekali wakakakak—sosok kakak kembarnya sudah tidak ada disampingnya yang tengah menikmati minuman wajibnya. Tuh, lihat saja botol minumannya yang masih terisi hampir setengahnya oleh cairan semi-cair berwarna putih-bukan-bening yang sederhananya disebut susu. Si botol masih berada dalam genggaman tangan anak perempuan tersebut—yang kini mulai mencari keberadaan Axel sekarang ini. Ada rasa khawatir yang terpancar dari sekitar mata cokelat pekatnya. Bukannya apa-apa loh, kawan, tahu sendiri kan kakaknya itu orangnya seperti apa?

Pemalas, kurang tidur, dan kawan-kawannya. Nyahahaha. ‘Hebat’nya, Veronica harus selalu mengawasi dan memperhatikan kakaknya. Kalau tidak, bisa terjadi apa-apa.

NAH, ITU YANG DARITADI IA PIKIRKAN, KAWAN!

Sementara kedua bola matanya masih mencari-cari sosok yang sangat sangat sangat dikenalinya itu, sepasang kakinya mulai dikomando untuk berjalan menjelajah jalan Laliv ini. Jalanan yang katanya selalu dipenuhi oleh para penyihir. Humm.. sihir ya? Coba saja kalau Veronica bisa memanggil Axel dengan sihir dan dalam sekejap orang itu sudah berada di sebelahnya. Wakaka, mimpi memang. Tapi sebetulnya apa yang tidak mungkin kalau sihir pun bisa digunakan olehnya? Sihir apanya dulu nih? Ah sudahlah, jangan terlalu banyak membahas masalah sihir. Yang ia khawatirkan sekarang adalah: Lee Seung Woo. Axel Nathanov Lee. Apapun kalian memanggilnya, yang pasti dia itu adalah kakak kembarnya.

Ngomong-ngomong, penampilannya hari ini tidak terlalu kontras dengan orang-orang sekitarnya kan? Gawat kalau sampai iya. Euh, tetapi apa yang anak kecil tahu sih soal penampilan, kan?

(annoyed)

Oh well, cukup basa-basinya karena Veronica sudah menemukan Axel. HYAH! Benar juga kan apa yang ia khawatirkan sejak tadi? Veronica heran dengan kakaknya, yang dengan hebatnya bisa sampai tertidur di tempat seperti ini. Apa Axel lupa ya kalau mereka kan juga menyewa kamar di hotel Mihalovna? Kamarnya juga lumayan nyaman. Tapi ya begitulah, kakaknya hampir tidak pernah terlelap di malam hari—setidaknya itu yang selalu ia perkirakan kalau Veronica kebangun sebentar cuma karena mimpi buruk—dan imbasnya selalu kena pada siang hari. Nah, lihat sekarang kakaknya yang tertidur. Mau Veronica cubit cuma.. bagaimana ya? Nanti takutnya Axel terbangun. KAN TAPI Axel harus bangun, setidaknya untuk pindah tempat tidur, gitu? Mengambil posisi duduk tepat di samping Axel, Veronica langsung menepuk kedua pipinya dengan pelan.

Oke, Veronica akui pipinya terlalu enak untuk ditepuk sekali dua kali. Harus sering, apalagi kalau Axel sedang tidur. MUAKAKA.

“Axel—ah, Seung Woo-oppa, banguuunn~”

Apa mau dibanjur pakai kopi saja? Jangan ah jangan. (masih menepuk pipi Axel)

Labels: ,


Pemesanan Kamar 1991


”Tahu perjanjian kita, manis?”

“Mmm.” (mengangguk cepat sambil nyengir lebar) ”Jangan keceplosan memanggil Seung Woo-oppa dengan nama Axel dan jangan ganggu Seung Woo-oppa kalau tidur lagi, ya kan, Mama?”

“Sip.” (handtossing)




Nothing to do. Hampir. (menyeruput susu coklat)

Lagi-lagi untuk kesekian kalinya Veronica memanyunkan bibirnya sedikit karena lagi-lagi harus menahan hasrat isengnya untuk menjahili Axel lagi. Tidak tahu apa ya kalau misalnya Veronica selalu sebal melihat kakaknya yang malas-malasan dan suka tidur sembarangan? Oke, Veronica sih tahu kalau kakaknya menderita penyakit apapun-itu-namanya tapi yang jelas itu penyakit membuat penampilan Axel memburuk dan yang lebih jelasnya lagi Veronica jadi hampir tidak ada waktu bersama kakaknya lagi. Bayangkan, coba, saat Veronica ingin main Axel malah tidur—dan ketika Axel bangun biasanya sifatnya suka menyebalkan, satu faktor yang membuat rasa isengnya membuncah. Dan kini mereka tengah ‘berkelana’ di jalanan Laliv—Papa yang tahu, Veronica sih tidak tahu ya, kalau Axel entahlah.

Penampilannya hari ini memang cukup kontras dengan hari-hari sebelumnya yang terlalu terbiasa dengan jaket—lalala, Veronica masih belum bisa bersahabat dengan udara Rusia, lho. Kemarin saja waktu ia sengaja membuka jaketnya meskipun didalam rumah dalam waktu satu jam saja sudah bersin-bersin parah. Yah semoga hari ini tidak—kalau sampai iya, salahkan sistem kekebalan tubuhnya, kalau begitu. NYAHAHA.

Apa karena ia lupa meminum susunya? (menengak sisa susu didalam botol minuman, memasuki Mihalovna Hotel)

Dan yang jelas hari ini Veronica harus lebih memperhatikan kesadaran Axel. Ini bakal lain ceritanya kalau Axel tidak mengidap penyakit tidur-sembarang-tempat. Barangkali ketika mereka masuk kedalam gedung hotel yang tidak Veronica perhatikan berapa tingkat—perhatian Veronica hari ini cuma buat Axel, titik—mereka bisa membicarakan beberapa hal yang mereka temukan sepanjang jalan Laliv. Termasuk binatang dengan ekor api yang ia temui sebelum memasuki hotel itu. Tangannya lagi-lagi menggandeng erat tangan kakaknya—satu cara yang diyakini Veronica dapat membuat Axel tidak terlelap lagi disampingnya. Aneh ya?

(lirik kanan-depan-kiri)

”Satu kamar berdua ya, oppa?” dan lagi ia mencolek pipi kakaknya yang lucu itu. Oke, Veronica memang sedang kangen dengan boneka beruangnya yang suka ia colek pipinya atau cubit tubuhnya—dan Axel jelmaannya WAKAKA—terlebih lagi rasa isengnya yang sudah membumbung keatas bak gunung api siap meletus kapan saja. ”A—ano.. Luxury Suite satu kamar tiga hari, please?” bahasa Inggrisnya hampir terpatah-patah, apa ini karena efek terlalu keseringan memakai bahasa Korea dan bukannya Inggris maupun Rusia hingga ngomong sampai sebegitu belibetnya ya? Ah sesuka Veronica deh. (ketawa nista)


OoC: Vero ngomong pake bahasa Inggris bahasaRusianyabelomlancar (roflmao)

Labels: , ,


Gravel Beach, Vladivostok


Dan hampir semua orang melirik kearahnya. Iyalah, seorang anak yang kini berusia kurang lebih sepuluh tahun dengan paras yang berbeda dengan kebanyakan orang Rusia pada umumnya, berteriak keras dengan bahasa ibunya—ralat, ayahnya, Papa orang Korea sih—dan menarik perhatian orang lain. Itupun kalau Veronica tidak kepedean. HAHAHA.

Manik cokelat pekatnya mulai menelisik apa yang sedang orang-orang itu—iya, yang itu tadi yang diteriaki oleh Veronica—lakukan. Membahas masalah bahasanya yang terdengar aneh ditelinga mereka barangkali? Tidak tahu ah, lagipula kalau dilihat-lihat juga wajahnya hampir tidak ada bedanya dengan Veronica, berwajah Asia. BENAR KAN? Hah, untunglah yang berwajah Asia hari ini tidak hanya Veronica dan Papa saja. Kakinya kali ini melangkah sekali mendekati mereka—yang entah mau bertengkar lagi atau mau apa lagi. Bibirnya manyun sedikit. Maklumlah, Veronica memang tidak biasa melihat yang seperti ini di rumahnya. Soalnya yang laki-laki di rumah kan cuma Papa dan Axel. Mereka tidak pernah bertengkar seperti itu kan? TENTU SAJA TIDAK, dunia bisa kiamat kalau Papa dan Axel bertengkar. Nanti Veronica sama Mama mau kemana coba? Wakakak.

BAHASA JEPANG. Prett.

Veronica sering lihat kok kalau misalkan Papa lagi berbicara menggunakan bahasa Jepang. Biasanya kalau bukan dari pihak kantornya paling temannya di kuliah—jangan ketawa, ini serius. Sepertinya pernah deh Veronica coba pada Axel, dan yang Axel lakukan saat itu cuma berbicara malas-malasan dan tidur lagi. Hih, kakak kembarnya memang aneh. Tidak heran memang kalau Veronica sering melakukan keisengan terhadap kakaknya yang satu itu. BUAHAHA. Dan dirinya menemukan seorang laki-laki yang memakai hoodie hitam—aneh, padahal pantainya tidak terlalu dingin, sejuk malah—menghampirinya dan..

Mianhae. Mereka memang bodoh.”

Aaaah—bisa bahasa Korea juga ternyata. Seringaian lebar menghiasi rona wajahnya kali ini.

”E—err.. Gwaenchanayo,” badannya refleks membungkuk sedikit. Papa yang mengajarkan ini padanya. Tapi gerakan yang satu ini tidak akan pernah berlaku sepertinya kalau sudah berhadapan dengan Axel. Nyahahaha. Jangan tanya kenapa pada Veronica. Tanyakan pada angin pantai yang kini berhembus melintasi tubuhnya yang membuat Veronica merasa senang dapat menghirup udara pantai lagi hari ini. Ah ya, Papa kemana ya? Jangan-jangan tidak akan kesini lagi. Ah—jangan sampai, Papa kan pasti kesini lagi. Manik cokelatnya kembali menatap laki-laki dengan tinggi ideal—kira-kira hampir lumayan sama dengan Axel atau bahkan lebih ya? Entah Veronica juga lupa (loh?) atau malah setinggi Papa ya? Iya kan, Papa tinggi bahkan tinggi badan Veronica baru sampai seberapanyalah. Oh ya, satu yang baru diperhatikan oleh Veronica, warna mata yang kanan sama yang kiri milik anak laki-laki itu beda. Apa mata Veronica salah lihat? ”Mereka lagi ngapain sih, ngomong-ngomong?” Keterusan. Ck ah.

Labels: ,


Gravel Beach, Vladivostok


Penawaran spesial dari Papa. Jalan-jalan berdua ke pantai. YAY! Axel sih, karena memang anaknya pemalas dan rajin tidur setiap hari, ya tidak diajak. Lagipula kan memang Papa mengajak Veronica saja. Serius, Veronica beruntung punya ayah seperti Papa.

Berbalut t-shirt berkerah berwarna kuning dan celana yang lumayan pendek berwarna putih, hari ini Veronica menemani Papa yang kebetulan sedang kedapatan shift pagi sampai siang—tidak seperti biasanya yang kadang bisa double pagi dan malam—ke pantai. Haha.. Sudah lama sumpah Veronica tidak pergi ke pantai. Paling terakhir itu kalau tidak salah ke pantai Eurwangni di Korea Selatan sana—di Incheon tepatnya, di kota kelahirannya. NYAHAHA. Kalian lihat manik cokelat pekatnya yang terlihat gembira itu kan? Sumpah, tadinya Veronica kira Rusia tidak punya pantai sama sekali. Maklum, lah, Veronica kan tidak pernah buka-buka peta atau sekedar iseng melihat globe. Tapi jangan meragukan kecerdasannya. Hahaha..

Sudah ah meracaunya.

”Jangan jauh-jauh atau Papa tinggalkan nanti, ya?”

Mengangguk cepat, dan gadis kecil yang masih setia memakai sepatu tali berwarna putih mulai beranjak pergi mendekati pantai. Tapi bosan, soalnya juga Papa entah mau pergi kemana—yang pasti sih ke sekitar pantai juga. Jadi terbayang kalau ada Axel disini. Sekalinya kena tiupan angin dari arah laut, apakah nanti dia akan langsung tertidur ya? Seperti dihipnotis saja. Asal kejadiannya jangan seperti kemarin-kemarin lagi, waktu Axel meniduri bahunya dan dengan refleks memeluk lengannya seolah lengannya sama dengan bantal guling. Haaahh—sepertinya lain kali Veronica tidak akan menawarkan bahunya sebagai gantinya bantal tidur bagi Axel. Tapi kapan lagi coba bisa melihat senyum manis yang—uuuuuuhhh MINTA DICUBIT! Sudahlah, manik matanya menangkap pinggir pantai yang agak ramai. Hahay, pantai kita bertemu lagi pada akhirnya, hm? Surai cokelat panjangnya yang tergerai mulai terbelai oleh tiupan angin khas laut. Secara tak sadar, kakinya menghentak-hentak diatas pasir sembari berjalan menuju target tujuannya itu. Entah kenapa tangannya terasa gatal. Apa karena efek dari memakai gelang di pergelangan tangan kirinya ya? Tidak tahu, ah, biasanya juga tidak pernah seperti ini kok.

Dan tahu tidak kalau disebelahnya, dalam radius jarak tiga meter dari tempatnya dia berdiri, ada yang sedang bertengkar hebat? Melirik sedikit, seperti bertengkar hebat. Urusan cinta ya? MWAKAKA. Maklumkan Veronica yang suka menonton televisi bersama Mama, ada-ada saja drama yang adegannya mirip seperti yang terjadi kali ini. Senyum timpang menghias wajah sang gadis kecil, melirik ada seorang anak lelaki lagi yang melerai mereka berdua. Bah, kurang seru. Kapan lagi Veronica bisa melihat adegan syuting langsung on the spot? Oke, oke, Veronica sekali lagi meracau. Sisi tomboynya mulai keluar perlahan. Sifat alami, biasa, untung kemarin tidak ia keluarkan ketika bahunya ditiduri oleh Axel. Kalau iya, wajah Axel hari ini bonyok seketika. Haha—bercanda kok, ya kan, Axel? (mengangkat kedua alisnya) Tapi pemandangan seperti ini merusak suasana tenangnya, tahu tidak? Iya, Veronica kesini untuk tenang, bermain dengan pasir ala Rusia mungkin saja bisa membuatnya senang. Namun, masa bodoh dengan itu. ”HEI, KALIAN HARUSNYA JANGAN BERTENGKAR DISINI, TAHU TIDAK!?”

Veronica lupa kalau mereka tidak bisa berbahasa Korea. Geez..


OoC: Veronica ngomong pake bahasa Korea, btw x3

Labels: ,


First Letter


“Axel lucu kalau tidur ya. Hihihi..”

Tak ada kegiatan berarti bagi Veronica selain melihat kakak kembarnya tidur nyenyak. Sebenarnya Veronica kesal juga sih melihat kakaknya yang kerjaannya tidur melulu, seolah tidak ada hal yang bisa mereka lakukan bersama. Iya sih, mereka kan memang sudah bersama sejak kecil—ya namanya juga bersaudara tidak mungkin terpisah kan? Matanya berbinar, seolah sedang melihat boneka beruang kesayangannya yang masih ada di salah satu sudut kamarnya. Iya, Axel mirip boneka yang bisa bernafas, bagi Veronica—sebut dia gila, tapi kan memang begitu kenyataannya. Coba saja kalau pipi Axel tembam—umm.. JANGAN! Axel kurang lucu kalau pipinya tembam, penampilannya yang seperti ini saja sudah lucu dan.. Err—tampan! Ya, mirip-mirip sama Papa mungkin ya? Habis Papa juga tampan.

Berarti beruntung juga Veronica punya ibu secantik Mama. Wakakakak.

Setengah usil, Veronica mencolek pipi Axel yang tengah tertidur di sofa kamar Axel. Haha, barusan sih memang Veronica dipanggil sama Mama, entah untuk apa. Namun, melihat sosok Axel yang tengah terlelap malah membuatnya melupakan panggilan Mama—maaf ya! Senyuman jelas terkembang dari bibir Veronica, seperti layaknya senyuman kemenangan. Kedua kakinya yang terbiasa berbalut sepatu bertali itu menghentak-hentak pelan diatas lantai, menghasilkan nada tuk-tuk-tuk yang pelan sehingga—ya, semoga saja—tidak dapat membangunkan Axel. Tahu kenapa Veronica memakai sepatunya meskipun didalam kamar? Oh, ini memang sudah sejak kecil kalau sedang menghadapi musim dingin. Biasanya, walaupun diluar ruangan maupun dalam ruangan Veronica suka merasa kedinginan sendiri. Jadi keluarganya lumayan tidak heran sih kalau ada tapak sepatu didalam rumah. Nyakakak.

Matanya Axel mau berkedip-kedip.

GYAH—kenapa bisa kebangun seperti ini coba?

Manik cokelat pekatnya membelalak. Dia memang tahu kalau Axel terbangun pasti hanya karena diganggu olehnya—selalu oleh Veronica, the annoying girl with innocent face. LOL. Bangkit dari duduk, Veronica langsung berlari menuju kamarnya sendiri dan langsung tidur-tiduran sambil membuka buku kecil bersampulkan fotonya. Bukan album foto sih, tapi hanya seperti notes tidak jelas yang isinya pun tidak jelas. Dan ada yang mengetuk pintu. HAH, semoga bukan Axel yang akan menceramahi—oh, Mama. Datang dengan segelas susu coklat hangat, seperti biasa. Mungkin karena ini kali ya Mama tadi memanggilnya. Yah, tahu begitu kenapa tadi tidak langsung menghampiri Mama ya? Jawabannya: ada Axel lucu sedang tidur di kamarnya. Nyahaha.

”Habis dari kamar Axel ya?”

Ke-ta-hu-an. Habisnya bagaimana lagi, tapak sepatunya tidak mudah dibohongi sih. Veronica nyengir lebar. ”Jangan terlalu sering mengerjainya, nanti dia membencimu, loh,” Mama kembali tersenyum manis sambil mengelus rambut Veronica yang kini mulai panjang sepunggung itu. Tuh kan, Mama sama Papa tidak akan menggertaknya seperti halnya Axel pada Veronica. Mama baik ya? Kedua tangannya mengacungkan jempol seraya Mama-nya keluar dari kamar. Dan beberapa menit setelahnya, Veronica mulai merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya. Makin kedinginan? Sepertinya sih harus kedekat perapian sih. Beranjak bangun dari tempat tidur, Veronica langsung melangkahkan kakinya yang masih berbalut sepatu itu ke ruang tamu. Lewat kamar Axel lagi dan sepertinya dia mulai pindah tempat ke tempat tidurnya mungkin? Ah—rasa kedinginannya ini membunuh rasa gemasnya pada kakaknya tersebut dan membuatnya cepat-cepat kedepan perapian. Iya, memang, Veronica tidak terlalu terbiasa dengan udara Rusia yang begini. Beda mungkin dengan Papa, Mama, ataupun Axel yang biasa saja.

”TUAAAAN... TUAAAAN.. SURAT ANDA TIBA TUAN. BERBAHAGIALAH..”

“WAKS!”

Terlonjak ke belakang, kepala Veronica hampir saja terantuk kursi yang ada dibelakangnya—namun membuat gelas yang berisi susu disampingnya itu terjatuh dan menumpahkan semua isinya, penuh. Mimpi apaan Veronica semalam? Apa ini karena karma Veronica menjahili kakaknya terus? TIDAK MUNGKIN! Namun makhluk itu langsung menghilang dengan meninggalkan surat berlabelkan namanya dan nama Axel. Surat? Jadi yang tadi pengantar surat? Pengantar yang normal biasanya kan lewat depan rumah—yang tampak depannya serupa dengan rumah lain disebelahnya dan didepannya, haish—ini kenapa harus di perapian coba? Ah, lupakan. Sepertinya harus tanya Papa, soalnya Papa juga pernah magang di kantor pos Rusia—apalah itu namanya. Maklum, Veronica masih kurang lancar bahasa setempat.

Kedua tangannya mengambil kedua surat itu dengan takut. Siapa tahu pengantar surat aneh itu datang lagi, dan kemudian datang setiap malam—itu bagus juga, jadi bisa menemani Axel nyahahaha. Lupakan. Durmstrang? Sesegera mungkin ia langsung berlari lagi menuju kamar Axel, melupakan sejenak susunya yang tumpah sepenuhnya itu—padahal masih hangat, sayang sekali. “Axel, Axel, bangun dong. Tahu tidak ini surat apaan?”


Durmstrang Institute of Magic
Principals: Igor Karkaroff

Mrs Lee yang terhormat.

Dengan segala hormat, kami beritahukan bahwa Anda telah diterima di Institut Sihir Durmstrang. Tiket beserta daftar semua kebutuhan anda selama bersekolah di Institut ini sudah terlampir. Harap tidak menghilangkan tiket tersebut karena tiket tersebut akan digunakan untuk menyeleksi Anda ke dalam salah satu dari empat asrama besar Institut Sihir Durmstrang. Tahun ajaran baru akan dimulai pada 15 Januari 1990. Sekian pemberitahuan kami.

Hormat saya,
Miranda Schutzerne Wakil Kepala Sekolah.

Kalau Axel tidak tahu?

Labels: ,


Biodata Karakter


|–General Information–|

Nama Awal: Veronica
Nama Tengah: Nathanova
Nama Akhir: Lee
Status Darah: Pureblood
Kebangsaan: Rusia - Korea
Bahasa yang digunakan: Inggris, Rusia (tidak terlalu lancar), Korea
Tempat Lahir: Incheon
Tanggal Lahir: 1 Januari 1981
Barang elektronik yang dibawa ke Durmstrang Institute: CD player
Sapu terbang: -

|–Appearance–|

Mata: Cokelat pekat
Rambut: Coklat sewarna kayu, panjangnya hampir sepunggung.
Berat: 40 kg
Tinggi: 149 cm

Keseluruhan: Memiliki warna kulit layaknya warga Asia pada umunya, memiliki lesung pipi yang tidak terlalu dalam. Selalu mengenakan parfum beraroma oceanus. Akhir-akhir ini mulai sering terlihat mengenakan anting berbentuk salib.

|–Personality–|

Kepribadian secara umum: Egois tingkat dewa, kadang centil, kadang tomboy, kadang susah ditebak, dan lebih susah ditebak kemauannya. Sekalinya berbuat jahil, bisa keterusan—kecuali kalau udah terkena bentakan biasanya suka berhenti. Hampir ketergantungan susu dan tidak pernah tahan dingin.

Kegemaran / Hobby: Wangi parfum rose milik ibunya, minum susu, (hampir bisa dibilang) menindas kakak kembarnya, hip-hop dance, memelintir rambutnya sendiri.
Ketidaksukaan / Phobia: Ditinggal sendiri, kegelapan, ketinggian, melihat kelakuan kakak kembarnya.
Kebiasaan: Kalau sedang bosan biasanya mencoret-coret buku kecil kesayangannya sambil mendengarkan CD player-nya, menjahili kakak kembarnya—apapun caranya.
Kelebihan: Menutupi kekurangannya dengan caranya sendiri
Kekurangan: Egois, gampang ngambekan.

|–Personal Background–|

Orang tua:
(Ayah) Nathan Viktoriov Lee
(Ibu) Lenora Ignateva Filatova
Saudara kandung:
(Kakak kembar) Axel Nathanov Lee
Anggota keluarga yang lain:
(Sepupu) Lanna Ransch

Latar belakang:

Sebelum masuk Durmstrang. [Edited soon.]

Masa kecil. [Edited soon.]

Pendidikan. [Edited soon.]

Labels: ,


Disclaimer


Semua yang ditulis didalam blog ini merupakan pengembang dari karakter Veronica Lee dengan karakter-karakter lainnya yang terlibat dalam (rencananya) forum Role Play Game ‘Indonesian Durmstrang’ dan bersifat fiksi—yang, tentu saja, tidak akan ada eksistensinya di dunia nyata. Segala bentuk kesamaan pada; nama, tempat, kejadian, dan yang lainnya itu semua hanya suatu ketidak sengajaan dan kebetulan. Blog in-character ini dibuat semata-mata untuk menyimpan arsip dari karakter bernama panjang Veronica Nathanova Lee ini.

Puppet Mistress dari Veronica Lee

Labels: